Festival Jalur Rempah Barat Selatan Aceh 2025: Menelusuri Masa Keemasan Perdagangan Rempah Nusantara


Aceh Barat Daya, 5 Juli 2025 – Festival Jalur Rempah Barat Selatan Aceh akan digelar pada tanggal 14 hingga 28 Juli 2025 dengan tema “Menelusuri Masa Keemasan Perdagangan Rempah di Pantai Barat-Selatan Aceh.”

Festival ini merupakan inisiatif dari Aceh Culture and Education (ACTION) bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan RI melalui Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah I, guna mengangkat kembali jejak sejarah pesisir Aceh sebagai simpul penting perdagangan rempah dunia.

Adapun rangkaian kegiatan sebagai berikut:

1. Duek Pakat Kebudayaan; Tanggal 14 Juli 2025 di Jamee Kupi, Susoh – Abdya.

2. Pameran Kebudayaan; Tanggal 21–22 Juli 2025 di Museum Susoh.

3. Workshop Ekonomi Rempah; Tanggal 23 Juli 2025 di Museum Susoh.

4. Basarayo Situs Sejarah; Tanggal 24 Juli 2025 di Madat Labai Dapa, Pantai Ujung Saranggo.

5. Seminar Jalur Rempah; Tanggal 28 Juli 2025 di Aula Teungku Chik Dikila Bappeda Abdya.

Wakil Ketua DPP Aceh Culture and Education (ACTION), Rozal Nawafil STrIP, menyebut kegiatan ini bertujuan membangkitkan kesadaran kolektif masyarakat terhadap warisan sejarah jalur rempah dan peran strategis Aceh dalam jaringan perdagangan dunia masa lalu.

“Rempah adalah jejak tamadun, dan Aceh—dengan pantai barat selatannya—pernah menjadi nadi perdagangan dunia. Festival Jalur Rempah Barat Selatan Aceh adalah nyala ingatan, bahwa kita—aneuk nanggroe—adalah pewaris kejayaan. Tanah ini pernah menjadi simpul dunia: tempat dagang, dakwah, dan budaya bertemu. Kini, dari rempah kita tumbuhkan kesadaran; dari sejarah, kita bangun masa depan,” ujar Rozal Nawafil.

Ketua Panitia Festival Jalur Rempah Barat Selatan Aceh 2025, Khazinatul Asrar SSTP mengungkapkan bahwa secara garis besar wilayah Barsela (Barat Selatan Aceh) memiliki setidaknya enam bandar besar pada masa silam, yang menjadi bagian penting dalam jalur niaga global: Bandar Meulaboh, Kuala Batu, Susoh, Meukek, Trumon, dan Singkil. Keenam bandar ini tidak hanya menjadi pusat perdagangan rempah, tetapi juga titik temu peradaban, dakwah, dan budaya maritim Nusantara.

“Kita ingin anak muda tahu, bahwa pantai barat selatan Aceh dulu pernah jadi simpul penting dunia karena rempah. Lewat festival ini, kita coba bangkitkan rasa bangga itu—bukan cuma untuk dikenang, tapi juga jadi semangat buat melangkah ke depan,” ujar Khazinatul Asrar, yang akrab disapa Rio tersebut.

Melalui pendekatan lintas sektor—budaya, sejarah, ekonomi, dan edukasi—festival ini didukung oleh Museum Susoh, Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya, GEKRAFS Aceh, serta beberapa mitra media seperti Inisiatif.co, POS Aceh, dan Nasional.top. Kegiatan ini juga turut melibatkan pelaku usaha lokal dan komunitas kreatif, termasuk Kacang Manggeng sebagai sponsor lokal yang mendukung semangat rempah Nusantara. []

0 Komentar